Oleh: KH Syamsul Yakin
Dai LDDA Kota Depok
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang surga, apakah materi, immateri, atau gabungan keduanya. Ada ulama yang bilang surga itu immateri. Karena nyatanya yang merasakan bahagia dan menderita itu ruh. Surga tidak mungkin bersifat materi, karena materi atau jasad itu akan hancur. Namun, ada ulama yang bilang surga itu gabungan materi dan immateri.
Begitu juga kenikmatan surga, seperti terekam dalam makna ayat, “Kedua surga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan” (QS. al-Rahman/55: 48). Kendati demikian, surga dengan pepohonan dan buah-buahan yang disediakan di surga belum pernah terlintas dalam memori manusia.
Setidaknya, informasi soal itu terdapat dalam hadits qudsi yang terkenal, “Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh kenikmatan (tinggi di surga) yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia” (HR. Bukhari).
Terlepas dari persoalan materi dan immateri, bagi al-Zuhaili, surga itu memiliki banyak dahan dan ranting yang selalu segar lagi indah dan dipenuhi beragam rupa buah-buahan yang ranum dan berkualitas tinggi. Tak hanya itu, menurut Syaikh Nawawi, surga itu memiliki pepohonan yang dahan-dahannya tidak berpangkal dari batang dan akarnya. Dahan-dahan itu berdiri sendiri di udara.
Keadaan pepohonan dan buah-buahan surga itu diurai al-Thabari secara lebih spesifik. Pertama, dahan-dahan pohon itu menaungi kebun. Kedua, dahan-dahan itu mempunyai ujung sehingga bagian yang satu menyentuh bagian yang lain. Secara umum, kedua surga tersebut memiliki keutamaan dan kekayaann lebih tinggi dibanding surga yang lain. Dengan kata lain, kedua surga itu memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki surga lainnya.
Selain yang diungkap al-Thabari, Ibnu Katsir mengatakan bahwa kata “afnan” dalam ayat di atas maknanya pepohonan yang memiliki dahan yang lurus, buahnya lezat, berwarna-warni. Dalam satu dahan menghimpun aneka ragam buah-buahan. Berbeda dengan dahan pohon buah di dunia, misalnya, dahan rambutan hanya menghasilkan buah rambutan. Tidak ada pada dahan rambutam buah mangga, manggis, jambu dan yang lainnya.
Ayat di atas dapat diperjelas dengan ayat lain yang berkorelasi. Pertama, “Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya” (QS. al-Insan/76: 14). Menurut pengarang Tafsir Jalalain, buah-buah surga itu didekatkan jaraknya agar dapat dipetik baik oleh orang yang berdiri, duduk, bahkan oleh orang yang sedang berbaring.
Kedua, “Dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya” (QS. al-Waqiah/56: 32-33). Artinya buah-buahan di surga berbuah sepanjang waktu dan tidak mengenal musim seperti buah-buahan yang ada di dunia. Penduduk surga bebas mengambilnya tanpa perlu membayar.
Dari kedua surga yang dipenuhi pepohonan dan buah-buahan sebagai balasan bagi hamba Allah yang bertakwa, kembali Allah bertanya kepada manusia dan jin, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. al-Rahman/55: 49). Nabi mengajarkan agar kita menjawabnya, “Wahai Tuhan kami, tidak ada satu pun nikmat-Mu yang kami dustakan”.*