Dalam forum pertemuan antara dirinya, kepala sekolah dan wali murid itu Dika terus-terusan dihujani pernyataan yang menyudutkan dirinya bersalah atas apa yang sudah diajarkannya di sekolah.
Salah seorang orang tua bahkan menyebutkan jika sejak bergulirnya kasus ini, Dika disebut-sebut menimbulkan keresahan bagi siswa dan sekolah. Pasalnya banyak tamu yang datang ke sekolah pada jam sekolah.
Dika sendiri tidak begitu ambil pusing soal itu, dia hanya mempertanyakan perihal alihfungsinya dari tenaga pengajar menjadi bagian perpustakaan. Dia menduga hal ini dipicu dari postingan dirinya di sosial media soal kritik terhadap sekolah.
“Jujur saya kecewa. Karena saya terima undangannya sudah malam. Dan yang hadir disini juga tidak ada walimurid yang ikut dalam Studio Merdeka (kelompok belajar binaan Dika,red). Saya merasa disudutkan,” ungkapnya.
Meski demikian dirinya tetap akan memperjuangkan haknya. Dia mengaku menolak usulan sekolah yang mengalihfungsikan dirinya ke bagian perpustakaan.
“Saya tetap tempuh cara agar hak saya untuk bisa mengajar bisa kembali. Saya mengajar demi anak-anak yang berjuang mempertahankan saya,” jelasnya.
Ia mengaku jika saat ini dirinya belum lulus sarjana. Dia saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa tingkat akhir di UNJ. Sekolah berdalih mengalihfungsikan Dika karena statusnya yang belum S1.
“Saya akui itu memang belum S1. Tapi mengapa sejak awal saya ngelamar kesini tidak dipertanyakan,” ungkapnya.
Sementara itu Kepala SMAN 13, M Mahpudin mengatakan saat itu sekolah kekurangan tenaga pengajar bidang sejarah. Ketika Dika melamar akhirnya diterima.
“Ketika itu kami terdesak. Sekarang kami ingin Dika lebih fokus dulu skripsinya makanya dialihfungsikan ke perpustakaan,” katanya.
Terkait apakah benar pengalihfungsian itu bersangkutan dengan postingan Dika, Mahpudin membantah. Menurutnya, jika Dika nanti sudah selesai kuliah dan mengantongi ijazah S1 maka sekolah akan mengembalikan fungsinya.
“Untuk sementara kami pakai guru lain, guru lain harus legowo kalau nanti Dika sudah lulus,” katanya.
Orang tua siswa berinisial P mengungkapkan jika Dika dimatanya adalah sosok guru yang baik dan jujur. Dirinya datang ke Kelurahan Cisalak Pasar usai kegiatan itu selesai.
“Anak saya cerita kalau cara ngajarnya enak kok. Dia jadi cepet nangkep materi belajar nya,” katanya.
Dirinya menyayangkan jika Dika harus berhenti dari tempat sekolahnya mengajar.
“Bukan anak saya aja yang sedih, tapi saya juga. Karena semangat belajar yang ditularkan ke anak saya itu terasa sekali. Anak saya yang tadinya pendiam, sekarang dia tampil percaya diri dan kreatif,” terangnya.
Meski demikian ia berharap permasalahan yang terjadi di SMAN 13 segera selesai.
“Saya harap ada solusi terbaiknya baik antara sekolah maupun Pak Dika.