‘Intimidasi, Lapor Polisi’

265

 

Mohammad Idris
Mohammad Idris

‘Intimidasi, Lapor Polisi’

Margonda | Jurnal Depok
Kisruh penerimaan peserta didik baru masih saja terus terjadi. Belakangan ini sekolah SMAN 11 terus didatangi walimurid yang menginginkan anaknya masuk ke sekolah tersebut. Bahkan bangku-bangku sekolah berdatangan ke sekolah yang berlokasi di Jalan Kedondong, Kelurahan Kemiri Muka Kecamatan Beji.

Menanggapi hal tersebut Walikota Depok, Mohammad Idris mengatakan jika ada pihak yang merasa dirugikan silahkan lapor ke petugas kepolisian. Bahkan pihaknya sudah mengarahkan agar sekolah yang diintimidasi oleh oknum-oknum tertentu, segera lapor ke pihak berwajib.

“Dasar mereka masuk ke SMAN 11 itu apa, nitip kesiapa?, siapa yang nitip?. Jika mereka merasa dirugikan karena sudah bayar, silahkan lapor ke polisi biar terlihat itu uang siapa dan kemana. Jangan menuduh kepala sekolahnya. Saya sudah mengarahkan jika mereka ngga mau diatur bahkan saya dengar mereka bawa kursi ke sekolah, lapor ke polisi. Ini namanya sudah intimidasi,” ujarnya usai menghadiri kegiatan lomba baca puisi siswa SD se Kota Depok, Rabu (31/8).

Dirinya menyayangkan orangtua murid yang memaksakan anaknya harus masuk sekolah negeri namun dengan cara yang tidak baik.

“Inilah orangtua yang salah mendidik anak dengan cara korupsi. Menyogok itu korupsi. Dengan cara tak langsung anaknya nanti akan tahu bahwa caranya dia masuk sekolah dengan cara menyogok. Ini sudah mendidik anak dengan tidak benar,” tegas Idris.

Ke depan pihaknya akan melakukan  evaluasi terhadap kekisruhan ini. “Kami nantinya akan lakukan passing grade, tidak ada hal-hal yang lain,” terangnya.

Pemkot Depok sendiri sudah mengarahkan kepada kepala sekolah atau sekolah yang merasa diintipasi atas kasus tersebut agar melapor ke pihak kepolisian. “Kami tidak ada wewenang  mendampingi sekolah atau walimurid yang lapor ke polisi. Kami mengarahkan saja, nggak punya wewenang dampingi mereka. Di dalam kasus ini malah kami yang dirugikan dan terganggu. Jika mereka tetap memaksakan, kami yang akan lapor ke polisi,” jelas Idris.

Dirinya pun menegaskan tidak ada penambahan rombel baru. “Memang masih ada sekolah swasta yang mau menampung dan itu masih terus kami data,” tegasnya.

Menurutnya, perlu ada perubahan mind set yang menyatakan jika sekolah di negeri bisa dengan mudah masuk ke PTN.

 

“Banyak PTN yang menerima siswa dari sekolah swasta. Anak saya dari sekolah swasta tapi bisa masuk UGM. Menurut saya perguruan tinggi itu objektif, tidak hanya berorientasi kepada sekolah negeri. Saya juga dari sekolah swasta namun sekarang bisa menjadi walikota. Jangan takut menatap masa depan. Jika mindset nya ingin sekolah gratis, kan tidak semua siswa bisa tertampung. Sekolah swasta yang kualitasnya bagus di Depok itu banyak, memang butuh biaya lebih. Warga Depok kan banyak yang kaya, jangan memaksakan masuk ke sekolah negeri,” tandasnya.

Sementara itu Humas SMAN 11 Yanizasari mengungkapkan pada proses PPDB tahun ini dibuka lima rombongan belajar yang seluruh kelasnya sudah terisi melebihi kuota. “Sekolah tidak menerima lagi,” ujarnya.

Menurutnya, orang tua siswa juga jangan memaksakan anaknya ke sekolah negeri karena banyak sekolah swasta yang mutunya baik.

Pihaknya juga menentang tindakan yang dilakukan oknum calo yang memasang lantai keramik di dua kelas pekan kemarin. Menurutnya pemasangan keramik itu tidak melalui izin sekolah maupun dinas.

“Kepala sekolah marah pasang keramik tanpa izin, September besok pemerintah akan membangun,” tutupnya.

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here