Polemik Sengketa Lahan Ponpes Salafus Sholihin, PPK Cijago Tunggu Hasil Musyawarah

201
Mantan Kepala Desa Limo dan Pimpinan Ponpes Salafus Sholihin saat menggelar konfrensi pers

Limo | jurnaldepok.id
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek Tol Cinere – Jagorawi (Cijago), Eko Santoso mengatakan baru akan menindaklanjuti proses penggantian lahan dan bangunan Pondok Pesantren Salafus Sholihin setelah ada kesepakatan hasil musyawarah.

“Untuk proses tindak lanjut menunggu musyawarah atau kesepakatan para pihak,” ujar Eko kepada Jurnal Depok, kemarin.

Dikatakan Eko, pihaknya tidak akan gegabah mengambil keputusan lantaran masalah lahan yang tadinya diduduki oleh bangunan Ponpes sudah masuk ranah hukum karena digugat oleh salah satu ahli waris pemilik asal lahan.

“Tidak ada maksud untuk menunda nunda penyelesaian bahkan Dirjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum sudah mengirimkan surat ke Badan Wakaf Indonesia (BWI) untuk ikut membantu upaya penyelesaian sesuai kewenangan dan tugas fungsi BWI sehingga proses tukar tanah wakaf milik yayasan Salafus Sholihin dapat diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama,” ujarnya.

Dilain disisi, salah satu mantan Santriwati Pondok Pesantren Salafus Sholihin, Suharlin Lilin Harlini menilai proses penyelesaian penggantian lahan pondok pesantren Salafus Sholihin yang berlokasi di Jalan Swadaya Ujung RT 06/02, Kelurahan Limo, Kecamatan Limo sangat lambat yang kemudian berdampak terhadap diungsikannya para santri lantaran bangunan yang selama ini dipakai sebagai tempat mondok dan belajar para santri telah digusur untuk pembangunan jalan tol Cijago.

“Sekarang para santri terpaksa kami ungsikan ke rumah kami karena sampai sekarang tidak pernah ada keputusan yang baik dan tuntas, dikit dikit PPK lempar pengadilan, ini bukan solusi untuk penyelesaian masalah,” ujar Lilin kepada Jurnal Depok, kemarin.

Terpisah, salah satu tokoh muda Limo, Lukman Hakim meminta kepada pihak terkait untuk segera menyelesaikan permasalahan ini agar para santri kembali bisa melaksanakan kegiatan belajar dengan nyaman di tempat yang representatif.

“Kami hanya ingin masalah carut marut penggantian tanah dan bangunan pondok pesantren Salafus Sholihin dapat segera diselesaikan sehingga kegiatan pondok pesantren bisa kembali berjalan sebagaimana mestinya,” tutup Lukman. n Asti Ediawan

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here