Bojongsari | jurnaldepok.id
Paska putus kurang lebih delapan tahun silam, Jembatan Poncol yang berada di lingkungan RT 02/07 Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, hingga kini masih mengenaskan. Padahal, jembatan tersebut sangat dibutuhkan warga karena merupakan akses penting menuju pemakaman dan akses menuju wilayah Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.
“Jembatan putus lantaran tanggul Kali Angke jebol dan aliran airnya memutus jembatan yang ada saat itu. Pertama kali diperbaiki 2009 dan 2013, lalu kemudian dibuat permanen pada 2014 yang nilainya mencapai Rp 500 juta. Namun, jembatan kembali putus pada 2015 lalu karena tergerus kembali air Kali Angke pada saat banjir,” ujar Wardana, Ketua LPM Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, kepada Jurnal Depok, Selasa (19/9).
Ia menambahkan, karena sudah beberapa kali putus akhirnya masyarakat yang dibantu oleh aparat TNI/Polri pada saat itu, berinisiatif membangun jembatan darurat yang terbuat dari bambu dan batang kelapa.
“Warga dibantu TNI/Polri bersama-sama membangun jembatan sementara, namun jembatan yang dari bambu itu kembali hanyut terbawa derasnya air kali. Kemudian warga membangun kembali, karena kalau tidak ada jembatan warga kesulitan untuk memakamkan jenazah dan ziarah kubur,” paparnya.
Pada pemerintahan sebelumnya, sambungnya, kondisi jembatan pernah menjadi perhatian pemerintah pusat, sehingga pemerintah pusat menurunkan alat berat untuk melakukan normalisasi Kali Angke.
“Namun itu tidak efektif, karena alat berat yang diturunkan mendem di lumpur. Saat itu kami juga pernah menghadap ke BMSDA, dan BMSDA sempat meninjau ke lokasi namun sayang tidak ada action,” ungkapnya.
Pada 2016 lalu, pihaknya juga telah mengajukan penanganan darurat ke dinas terkait secara lisan.
“Saat ini memang belum jelas menjadi tanggungjawab siapa jembatan itu, apakah pemerintah pusat atau pemerintah kota. Kami sangat berharap Pak Walikota turun dan melihat langsung kondisi di lapangan, agar nantinya bisa diambil langkah strategis untuk menangani jembatan itu,” harapnya.
Jembatan dengan panjang kurang lebih 30 meter itu setiap harinya dilewati oleh ratusan pengguna sepeda motor dan pejalan kaki yang mencari nafkah ke wilayah Depok, Bogor dan Tangsel. Kondisi jembatan kini sudah mulai lapuk karena sering dilewati kendaraan bermotor.
“Kami sudah sering memperbaiki jembatan ini, tapi hancur lagi. Sengaja kami meminta sumbangan kepada pengguna jembatan, itu kami lakukan tak lain karena kami memiliki rencana nanti membangun jembatan yang lumayan kokoh sambil menunggu bantuan dari pemerintah,” ungkap Zaenudin, Ketua RW 07 Kelurahan Curug.
Baik LPM maupun ketua RW berharap, ada dana tanggap darurat yang digulirkan dari pemerintah kota untuk memperbaiki tanggul kali yang jebol dan membangun jembatan permanen atau sementara yang kokoh bagi akses dan aktivitas masyarakat. n Rahmat Tarmuji