Laporan: Nur Komalasari
Bagi Anda penyuka seni foto atau kerap ber-selfie ria, spot foto yang satu ini tentu saja menjadi primadona baru. Warga Depok kini tak perlu jauh-jauh ke Museum 3 Dimensi Jogjakarta, di Depok pun telah hadir sudut foto menarik dan juga cantik.
Berada di Jalan Raya Tondano, Kelurahan Abadijaya Kecamatan Sukmajaya, jalan lingkungan disulap anak-anak muda Karang Taruna RW 03 setempat menjadi jalan yang tidak hanya sedap dipandang mata, namun tergelitik untuk mengabadikan momen.
Setidaknya terdapat tujuh gambar tiga dimensi yang sengaja dibuat para pemuda nan kreatif tersebut. Setiap gambar pun memiliki makna nya tersendiri. Sebagai contoh, ada satu gambar perahu yang dimaknai sebagai antisipasi banjir di musim penghujan.
“Kami tidak hanya asal gambar saja, setiap gambar punya artinya. Misalnya gambar perahu sebagai pengingat saat ini sudah musim penghujan. Beberapa wilayah Depok rawan banjir, untuk itu perlu waspada,” ujar Ketua Karang Taruna RW 03 Kelurahan Abadijaya Kecamatan Sukmajaya Mohammad Alam, Jumat (20/10).
Alam mengungkapkan ide awal pihaknya membuat gambar tiga Dimensi di jalanan, lantaran ingin ada sesuatu yang berbeda namun penuh makna.
“Ini semua otodidak. Anak-anak Karang Taruna juga nggak ada yang jago gambar atau latar belakang pendidikan seni lukis. Kita bermodalkan cat, ide dan langsung buat sketsa jika ada yang mau gambar,” ungkapnya.
Ia menuturkan sejak satu minggu lalu, anak-anak Katar mulai beranikan diri menyalurkan idenya melalui sketsa sebelum digambar dengan cat. Sketsa dibentuk dengan kapur sebelum dibuat menjadi gambar tiga dimensi.
“Dikarenakan lalu lintas jaling yang cukup padat serta teman-teman ada yang kerja dan kuliah, pengerjaannya dimulai sekitar pukul 23.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB. Satu gambar bisa selesai satu malam. Ada yang buat sketsa gambar, yang mengecat, kemudian yang mengecek perspektif gambarnya,” tuturnya.
Dirinya menjelaskan cat yang dibutuhkan untuk mengoles jalanan tersebut sangat sederhana yakni cat putih dan cat biang untuk variasi warna lain. Semuanya dilakukan secara bergotong royong termasuk juga dana yang berasal dari kas karang taruna dan swadaya masyarakat.
“Gambar pertama yang dibuat adalah zebra cross. Terus dilanjut gambar lain seperti jurang, kubik, permadani, tangga, balok, dan satu lagi perahu tapi belum jadi. Semua gambar punya arti masing-masing. Contoh lain gambar zebra cross berarti pengendara yang melintas harus hati-hati karena banyak anak kecil,” jelas pria berusia 33 tahun itu.
Sejak menjadi viral di media sosial, Alam mengaku banyak masyarakat yang berkunjung ke wilayahnya cuma sekedar selfie.
“Biasanya yang datang kesini pelajar, kemudian ada ibu-ibu. Rame nya saat sore hari. Ada warga luar yang sengaja dateng lantaran liat postingan kami di Facebook. Mereka foto-foto disini. Awalnya malu-malu, tapi kami bebaskan siapa saja yang mau ambil foto disini,” papar lulusan salah satu perguruan swasta di Jakarta tersebut.
Melihat animo masyarakat yang besar, dirinya belum mengetahui secara pasti, akankah wilayah itu dijadikan alternatif tempat wisata di Depok.
“Memang ada rencana ke depan seperti itu. Untuk sekarang siapapun bebas foto asal jangan merusak gambar,” ucapnya.
Salah satu warga yakni Arini (20) mengaku sengaja datang dari wilayah Beji hanya untuk foto.
“Tahu tempat ini dari Facebook. Saya sama temen-temen abis pulang kuliah langsung kesini. Foto terus buat dimuat di Instagram,” ujarnya.
Menurutnya gambar-gambar yang ada di jaling itu tidak kalah keren dengan yang ada di museum art tiga dimensi lain.
“Saya pernah ke Jogja. Disana memang ada museum foto art tiga dimensi. Tapi menurut saya di Depok nggak kalah bagus nya. Ke depan bisa jadi objek wisata pilihan lain kalau dapat dukungan dari semua pihak dan yang terpenting dijaga keindahannya, gambar jangan dirusak,” tutupnya.nNur Komalasari