Tapos | jurnaldepok.id
Pasar rakyat atau tradasional di Kota Depok dan Jawa Barat akan menerapkan digitalisasi, dimana pembayarannya tidak menggunakan uang tunai atau cashless. Demikian dikatakan Gubernur Jawa, Barat Ridwan Kamil saat mengunjungi Pasar Sukatani, Tapos.
Didalam Pasar Sukatani, Ridwan Kamil mencoba berbelanja tempe dengan pembayaran secara QRis di sebuah lapak pasar tersebut. RK terlihat bertandang ke salah satu kios yang ada di Pasar Sukatani.
Ia bertanya terkait kenaikan harga hingga gaya berbelanja masyarakat yang sudah mulai berubah dari manual ke digital. RK juga mempraktikkan penggunaan aplikasi digital untuk membayar barang yang dibeli.
“Kami mengajak masyarakat belanja tanpa menggunakan uang tunai atau cashless,” ujarnya, Rabu (28/09).
Dia menambahkan, zaman sekarang kalau tidak digital ketinggalan zaman.
“Cuma tadi saya tanya ‘Bu, oh masih ada setengahnya pakai cash’. Jadi suatu hari dalam 2-3 tahun seperti pindahnya HP jadul jaman dulu ke smartphone,”katanya.
Dia menambahkan, seluruh pasar rakyat di Jawa Barat dimaksimalkan untuk penerapan digitalisasi, tak terkecuali di Kota Depok. Dikarenakan sistem ini akan memudahkan transaksi jual-beli, cukup dengan menggunakan smartphone dan mobile banking.
Terkait kenaikan beberapa kebutuhan pokok, RK menyebut rata-rata kenaikan maksimal di Jawa Barat 10 persen.
“Depok menjadi salah satu kota yang inflasinya masih bisa ditoleransi. Di Jawa Barat ada kenaikan rata-rata hanya sepertiga produk dan itu sesuai dengan konfirmasi laporan dan kenaikan maksimal hanya 10 persenan. Saya cek inflasi di Depok juga bagus 4,5 artinya kalau di bawah 5 persen harga-harga masih terjangkau dan Sukatani juga yang keren orang-orangnya sudah mulai bayar pakai digital,” jelasnya.
Hal senada diungkapkan Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono. Ia juga mengajak warga untuk mulai beralih menggunakan sistem pembayaran non tunai saat berbelanja di pasar tradisional. Pasalnya, dua pasar di Kota Depok sudah mulai menerapkan digitalisasi untuk transaksi jual beli dan pembayaran retribusi.
Dikatakannya, Pasar Sukatani dan Cisalak sudah menerapkan sistem digitalisasi. Selain pembayaran non tunai, kedua pasar rakyat ini juga menyediakan layanan pembelian kebutuhan pokok dengan sistem belanja online melalui aplikasi Titipku.
“Ayo warga Depok gunakan belanja online, bayar dengan digital non tunai agar pertumbuhan teknologi kita lebih cepat dan juga aman,” tandasnya.
Ia menuturkan, dengan sistem pembayaran non tunai, pengunjung pasar tidak perlu membawa uang lembaran kertas. Cukup menggunakan gawai sebagai alat transaksi.
Di lokasi sama Kepala UPT Pasar Sukatani, Hidayat merasa senang, gembira dan merasa suatu kehormatan Pasar Sukatani yang dikelolanya mendapat kunjungan kehormatan Gubernur Jabar.
“Alhamdulillah suatu kehormatan dan penghargaan Pasar Sukstani mendapat kunjungan pertama Pak Gubernur,” katanya.
Menurutnya, sistem pembayaran menggunakan QRIS baru beberapa bulan diberlakukan dalam rangka mendukung program digitalisasi pembayaran retribusi elektronik (e-retribusi).
Pembayaran retribusi secara elektronik (e-retribusi) hingga kini sudah mencapai 60% dari 218 los dan kios dengan pedagang 154 orang.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) Kota Depok, Zamrowi mengatakan, Pasar Sukatani dan Pasar Cisalak sudah menerapkan sistem digitalisasi. Mulai dari pembayaran retribusi, transaksi jual-beli dan belanja online menggunakan aplikasi Titipku.
Lebih jauh, Zamrowi menyebut, pihaknya bekerja sama dengan Bank Jabar Banten terkait pembayaran secara non tunai menggunakan kanal Quick Respond Code Indonesia Standard (QRIS) untuk transaksi perdagangan barang dan jasa. Termasuk, pembayaran retribusi pasar, serta transaksi antara pedagang dan pemasok (supplier).
“Kami sudah terapkan program ini sejak lama namun butuh proses panjang, Alhamdulillah, sejauh ini sangat efisien menggunakan pembayaran non tunai ini,” pungkasnya. n Aji Hendro