Wow Keren! 42 Tahun Ayodya Pala Go Internasional, Kini Miliki 3.200 Siswa & 36 Cabang

529
Siswa Ayodya Pala usai menggelar event di balaikota

Pancoran Mas | jurnaldepok.id
Tepat pada 24 April mendatang sanggar tari Ayodya Pala berusia 42 tahun. Berbagai prestasi dan event telah dilakoni para penari baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.

Pembina Sanggar Tari Ayodya Pala, Baas Cihnosueko menceritakan awal mula berdirinya sanggar tari Ayodya Pala pada 1980 silam. Dimana, awalnya Ayodya Pala hanya sebuah sanggar tari rumahan yang diikuti oleh belasan siswa lingkungan sekitar komplek perumahan.

“Ayodya Pala ini didirikan oleh empat orang yakni Pak Suroso Harsono, H Radikin, Budi Agustina yang merupakan istri saya dan saya sendiri. Istri saya ini memang seorang seniman, akhirnya saya bantu juga di sanggar,” ujar Baas kepada Jurnal Depok, kemarin.

Ia menambahkan, seiring berjalannya waktu saat ini Ayodya Pala memiliki 3.200 siswa yang tersebar di 36 cabang seperti Depok, Jakarta, Bogor dan Tanggerang Selatan.

Tak hanya itu, Ayodya Pala yang awalnya hanya memiliki satu hingga tiga orang instruktur, kini sudah mencapai 100 orang lebih instruktur yang berasal dari anak didiknya.

“Para lulusan Ayodya Pala ini kami berdayakan untuk mengamalkan ilmunya bagi adik-adik kelasnya. Kami juga memiliki misi pemberdayaan untuk anggota,” paparnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, Sanggar Tarai Ayodya Pala sudah tampil di 29 negara baik di kawasan Asia maupun Eropa seperti Singapore, Thailand, Canada, Italy, Spanyol dan lainnya.

“Alhamdulillah, saat ini Ayodya Pala telah menguasai ratusan jenis tari dari berbagai daerah di Indonesia. Ya, kami tidak memungkiri selain untuk melestarikan seni dan buadaya, namun ada profit juga di dalamnya. Ini tak lain untuk menghidupi mereka (penari dan instruktur),” katanya.

Dikatakannya, meskipun tampil di luar negeri, pihaknya tetap membawakan jenis tarian tradisional Indonesia.

“Awalnya kami hanya membawakan tarian dari Pulau Jawa saja. Namun seiring perkembangan zaman dan permintaan pasar kami bawakan pula tarian daerah lainnya baik dari Sumatera, Kalimantan, Bali dan lainnya,” jelasnya.

Dikatakan Baas, pihaknya telah menerapkan kurikulum untuk belajar menari sebanyak 14 semester. Layaknya sekolah, di akhir kelulusan nantinya ada wisuda.

Diakui Baas, selama pandemi yang berlangsung dua tahun ini, pihaknya tidak mendapatkan event menari baik di tingkat local, nasional maupun internasional. Akhirnya pihaknya pun memutuskan untuk memperkuat latihan di sanggar dan menggelar tari secara virtual.

“Alhamdulillah, Covid sudah mereda dan saat ini panggilan untuk mengisi event sudah mulai berjalan kembali. Saat ini dalam sehari kami bisa mengisi 2-3 kali event menari,” pungkasnya. n Rahmat Tarmuji

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here