Ratusan Warga Parung Bingung Kompak Bantu Pemakaman Jenazah Siswa Lingga Kencana

28
Terlihat warga Parung Bingung saat memakamkan para jenazah siswa dan guru SMK Lingga Kencana.

Pancoran Mas | jurnaldepok.id
Ratusan warga Parung Bingung dan sekitarnya, Minggu siang (12/05/24) memadati area Taman Pemakaman Umum Islam (TPUI) di Jalan Raya Meruyung, RW 13, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru (RJB), Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, guna membantu prosesi pemakaman enam orang korban kecelakaan rombongan siswa SMK Lingga Kencana, pada Sabtu (11/05/24).

Banyaknya warga yang menghantar dan menghadiri pemakaman para korban kecelakaan menggambarkan sikap empati warga terhadap musibah yang menimpa rombongan siswa SMK Lingga Kencana.

Komarudin, salah satu warga RT 07/03, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru (RJB), Kecamatan Pancoran Mas, mengaku baru kali ini melihat betapa banyaknya orang yang hadir di TPUI untuk menyaksikan prosesi pemakaman.

“Saya baru kali ini melihat warga berjubel di area pemakaman untuk menyaksikan prosesi penguburan jenazah, ini membuktikan betapa warga sangat empati terhadap para korban,” ujar Dokang sapaan akrab Komarudin.

Pernyataan yang sama dilontarkan oleh Mansur warga RT 03/03, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru (RJB), Kecamatan Pancoran Mas.

“Luar biasa banyak sekali warga yang hadir di pemakaman untuk membantu proses pemakaman para korban, suasana sedih benar-benar sangat terasa dan semua warga Parung Bingung saat ini sedang dilanda duka mendalam,” tandasnya.

Sementara Ketua pengurus TPUI Parung Bingung, HM. Yunus mengatakan, para korban yang dimakamkan di TPUI Parung Bingung terdiri dari lima siswa dan satu orang guru yang juga menjadi korban pada kecelakaan tragis yang menimpa rombongan siswa SMK Lingga Kencana di kawasan Ciater, Subang, Jawa Barat pada, Sabtu (11/05/24)

“Ya bisa kami pastikan bahwa kami pengurus TPUI Parung Bingung telah memakamkan enam orang warga korban kecelakaan Subang, di TPUI Parung Bingung,” jelasnya.

Terpisah, M. Tarih orang tua Robiatul salah satu korban kecelakaan mengaku sudah mengikhlaskan kepergian putri kesayangannya.

“Apalagi yang bisa saya lakukan selain mencoba untuk ikhlas menerima takdir yang telah ditetapkan oleh Allah,” ujar Tarih kepada Jurnal Depok.

Dikatakannya sebelumnya dirinya sudah memiliki firasat kurang bagus terkait keberangkatan putrinya mengikuti kegiatan pengumuman kelulusan dan wisuda di Bandung.

Bahkan, kata dia, keberatan itu sudah disampaikan kepada Robiatul sang anak yang akhirnya harus mengalami musibah dalam kecelakaan tersebut.
“Saya sudah merasa enggak enak jauh hari sebelum anak saya pergi, tapi anak saya tetap ingin ikut kegiatan itu,” ungkapnya. n Asti Ediawan

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here