



Oleh: Tri Astuti Yeniretnowati
tri_9917922004@mhsunj.ac.id
Mahasiswa Program Doktor-Prodi Ilmu Manajemen
Konsentrasi Manajemen Stratejik Universitas Negeri Jakarta-2022/2023
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Februari 2023 jumlah angkatan kerja di Indonesia sebanyak 146,62 juta orang, naik 2,61 juta orang dibanding Februari 2022, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,45 persen, turun sebesar 0,38 persen dibandingkan dengan Februari 2022.
Meskipun terjadi penuruan TPT namun angkatan kerja di Indonesia mengalami peningkatan, hal ini harus menjadi bahan pemikiran bersama untuk mengambil langkah-langkah yang bersifat stratejik sehingga peningkatan angkatan kerja tidak menjadikan alasan penambahan jumlah pengangguran.


Apalagi dengan adanya bonus demografi yang diperkirakan terjadi pada tahun 2030-2040 yaitu masa di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia, hal ini harus mendapatkan perhatian serius supaya tidak menjadi bom waktu timbulnya masalah ketenagakerjaan di tahun mendatang.
Bonus demografi jika dapat dikelola dengan strategi yang tepat maka akan menjadikan berkah bagi bangsa ini, namun jika tidak mendapatkan porsi perhatian yang tepat maka masalah ini akan menjadi musibah dimasa mendatang. Dengan peningkatan jumlah penduduk usia produktif yang sangat signifikan maka dapat menyebabkan berbagai dampak buruk yang tidak diharapkan baik di bidang sosial, ekonomi, politik maupun pertahanan dan keamanan. Untuk itulah perlu ditetapkan perencanaan stratejik dan kebijakan – kebijakan efektif yang harus dipersiapkan sejak saat ini.
Salah satu dampak sosial dan ekonomi yang sangat besar adalah terjadinya peningkatan pengangguran, yang tentunya sudah dapat diprediksi jika pengangguran mengalami peningkatan dalam jumlah yang cukup besar maka masalah-masalah sosial dan ekonomi lainnya tidak dapat dibendung seperti peningkatan kriminalitas, penurunan daya beli masyarakat dan masih banyak dampak negatif yang akan dituai oleh generasi mendatang, ini merupakan efek domino jika masalah bonus demografi tidak menjadi salah satu priotitas dalam program kebijakan Pemerintah.
Salah satu upaya stratejik yang dapat dilakukan Pemerintah dalam mengelola peningkatan jumlah angkatan kerja ini adalah dengan penciptaan kewirausahaan yang berkelanjutan. Tercatat dalam survei BPS bulan Februari 2023 bahwa Sebanyak 83,34 juta orang (60,12 persen) bekerja pada kegiatan informal, hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan informal masih menjadi pilihan dalam bekerja.
Untuk mengembangkan kewirausahaan yang berkelanjutan bagi para pencari kerja diperlukan informasi dan strategi yang dapat diaplikasikan secara konkrit. Sebagai langkah awal yang harus dilakukan adalah pembekalan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan teknis jenis usaha yang akan dikembangkan baik bersifat produk maupun jasa melalui pelatihan kerja, setelah itu dilakukan uji kompetensi sertifikasi profesi untuk memberikan kepercayaan kepada pengguna barang yang diproduksi/ pengguna jasa, kemudian diteruskan dengan pemagangan untuk mendapatkan pengalaman pengelolaan usaha secara nyata. Setelah serangkaian proses pembekalan ilmu dan keterampilan dicukupi maka pencari kerja dapat mulai membuka wirausaha dengan pendampingan oleh instruktur pelatihan.
Bagi generasi milenial wirausaha adalah jenis pekerjaan yang sesuai dengan karakter mereka yang cenderung kurang senang bekerja terikat waktu, memilih bekerja dengan aturan yang mereka buat sendiri, dan sangat dekat dengan media internet. Wirausaha memiliki tantangan dan peluang yang cukup dinamis dan membutuhkan ide – ide inovatif dan kreatif.
Generasi melenial memiliki karakteristik spesifik yaitu rasa percaya diri, optimis, ekprisif, bebas dan menyukai tantangan (Oktavianus, 2017) dan Bambang Suryadi (2015) menyatakan bahwa generasi milenial memiliki gambaran karakter terbuka terhadap hal – hal baru dan selalu ingin tampil beda dari yang lain, mereka menggunakan kreatifitasnya untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Generasi ini menyukai suasana kerja yang santai dan mampu mengerjakan beberapa hal secara bersamaan (multi-tasking). Mereka peduli terhadap gaya (style) dan cepat beradaptasi dengan teknologi. Dengan karakter – karakter diatas maka wirausaha adalah termasuk pekerjaan yang cukup sesuai dengan generasi milenial.
Meskipun generasi ini memiliki kelemahan gampang bosan dan kurangnya tingkat loyalitas dalam urusan pekerjaan, namun hal ini seharusnya tidak menjadikan hambatan dan kendala bagi wirausaha jika sifat ini dapat dikelola dengan baik.
Karena Wirausaha adalah usaha milik sendiri maka ini akan membuat kecenderungan untuk mendorong loyalitas pada usaha yang telah dikembangkannya, dan jika mereka mengalami kebosanan terhadap pekerjaan yang telah dirintis maka mereka bisa melakukan diversifikasi dan inovasi dari produk/ jasa yang ada, justru hal ini dapat menjadi unggulan yang terus bergerak dinamis dari waktu ke waktu. Sesuatu yang dianggap lemah tersebut justru dapat menjadi peluang untuk membuat keuanggulan.
Kendala yang sering muncul terkait dengan pengembangan kewirausahaan adalah sustainability, karena untuk saat ini kewirausahaan yang dibentuk masih banyak yang bersifat ikut – ikutan, tidak dilakukan dengan perencanaan yang matang, tidak dibekali dengan ilmu hardskill dan softskills yang memadai, kendala pemodalan, pemasaran dan juga kalahnya persaingan dengan usaha menengah dan besar.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut Pemerintah dapat bekerjasama dengan dunia swasta seperti Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) selain berperan sebagai instruktur, LPK dapat terus digandeng untuk melakukan pendampingan terhadap peserta pelatihan yang melakukan wirausaha, melakukan bakti sosial bersama – sama untuk semakin mengasah keterampilan yang dimiliki selain sekaligus dapat dijadikan sebagai sarana promosi usaha, selain itu dengan perusahaan/ industri juga dapat berkolaborasi melalui program pemagangan dan bantuan peralatan maupun pendampingan, dengan dunia akademisi dapat berkolaborasi dalam penyusunan standar kurikulum pelatihan, penelitian dan pengabdian masyarakat, serta dapat menggandeng pihak media untuk melakukan promosi dan membuat viral sebuah produk/ jasa yang sedang dikembangkan. Dengan kolaborasi pentahelix maka upaya membuat wirausaha berkelanjutan bagi para generasi milenial ini dapat lebih terasa dampaknya dan signifikan pertumbuhannya.
Berdasarkan data dan fakta diatas maka kewirausahaan menjadi hal yang sangat penting dan strategis untuk terus ditumbuhkembangkan karena akan mampu menjawab persoalan bukan saja untuk kebutuhan pekerjaan bagi generasi milenial saat ini maupun masa mendatang namun juga bagi ketahanan ekonomi Bangsa Indonesia kedepan. Salam Wirausaha.|*

