Sawangan | jurnaldepok.id
Seorang perempuan yang diduga mengalami gangguan jiwa, Silvia (39) nekat melukai Abdul Rachman (52). Korban merupakan seorang ustad yang kesehariannya mengajar mengaji anak-anak remaja di lingkungan rumahnya.
Peristiwa itu terjadi saat korban melaksanakan sholat subuh jamaah di
Masjid Jami Nurul Mutaqqin yang berada di Perumahan Bumi Sawangan Indah, Pengasinan.
“Saat saya sholat subuh pelaku menikam saya dengan pisau dari arah belakang. Karena anak saya teriak, saya noleh dan kena sabetan di deket pipi,” ujarnya
Kesehariannya, Abdul Rachman merupakan guru mengaji anak-anak di lingkungan nya. “Bisa dibilang ustad di kampung lah,” ucapnya.
Dirinya berharap pelaku tidak tinggal di sekitar wilayah nya lagi. Menurutnya pelaku memiliki sifat pendendam.
“Tadi saya denger dari orang-orang yang mukulin dia pasca kejadian. Katanya dia melototin orang-orang. Lebih baik dia jangan tinggal disini lagi, dibawa ke rumah sakit jiwa atau apalah yang penting jangan disini,” terangnya.
Atas kejadian tersebut, Abdul Rachman mengaku trauma. Ia merasa takut peristiwa tersebut terulang lagi.
“Trauma pasti ada, apalagi kerjaan saya di masjid. Jika tiba-tiba ada yang melukai dari arah belakang bagaimana,” tutupnya.
Kakak pelaku, Lula Indriani (44) menjelaskan jika sang adik, Silvia mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2004. Namun kejadian sampai melukai seseorang adalah hal pertama kali.
“Sejak 2004 dia alami gangguan jiwa, waktu itu dia ikut suaminya di Palu Sulawesi Tengah. Disana juga sudah berobat ke orang pintar, diruqiah,” tuturnya.
Ia mengungkapkan jika tidak mengetahui penyebab Silvia bisa mengalami gangguan jiwa. Lula mengatakan jika bukan karena faktor ekonomi, Silvia menjadi seperti itu.
“Saya nggak tau penyebab dia sampai gangguan jiwa, apa dibikin sama orang. Bukan karena faktor ekonomi. Sekarang dia sudah cerai sama suaminya. Kemudian pindah ke perumahan BSI tahun 2011. Dia tinggal sendiri,” paparnya.
Untuk biaya hidup sehari-hari, Silvia dibantu oleh kakak-kakaknya. Setiap seminggu sekali, mereka mengirimkan uang dan makanan.
“Dia nggak setiap hari alami gangguan ini. Kalau lagi kerasukan aja dia suka marah-marah. Tetangga sekitar sudah pada tahu kelakuannya,” kata Lula.
Ia pun tidak menyadari jika adik bungsunya tersebut nekat melukai orang. Dirinya mengaku kaget dan tidak menyangka.
“Baru kali ini dia nusuk, makanya saya kaget banget dia kayak gitu,” pungkasnya.
Sementara itu Kapolresta Depok Kombes Pol Didik Sugiarto mengatakan saat ini pelaku berada di Rumah Sakit Polri untuk diperiksa kejiwaannya.
“Berdasarkan informasi dari masyarakat ada perilaku yang dilakukan pelaku yang mempunyai kecenderungan tidak normal. Sehingga perlu dilakukan langkah observasi kejiawan sebagai bahan proses lanjut,” paparnya.
Ia menjelaskan berdasarkan hasil olah TKP, bahwa pelaku dikenal masyarakat karena tinggal di satu kompleks Perumahan BSI. Pelaku sering menjadi jamaah di masjid Jami Nurul Mutaqqin baik sholat subuh, dzuhur maupun ashar.
“Pelaku beberapa waktu lalu ditegur korban karena perilakunya yang suka memarahi anak-anak dan meludahi orang lain. Kemudian malam hari sebelum kejadian, pelaku mendatangi rumah korban untuk bertemu. Saat ini masih didalami tujuannya apa,” jelas Kapolres.
Dia mengungkapkan jika saat sholat subuh, Minggu (11/3) pelaku diketahui sudah berada di masjid sebelum korban datang bersama putranya.
“Pelaku sudah duduk di teras masjid, dan menggunakan pakaian sholat. Kemudian saat korban melaksanakan sholat subuh ternyata pelaku membawa sajam berupa pisau diarahkan kepada korban. Setelah itu korban diingatkan puteranya dan menoleh kemudian terkena senjata tajam di pipinya,” ungkapnya.
Kapolres mengimbau kepada masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan. Apalagi melihat orang tak dikenal.
“Kalau ada orang asing perlu dicek identitasnya. Kalau mencurigakan bisa sama-sama melakukan identifikasi lebih lanjut,” kata Didik.
Dia juga menambahkan jika bukan hanya sekali pelaku melukai korban. Beberapa waktu lalu, pelaku juga pernah melakukan pemukulan kepada korban.
“Pernah melakukan pemukulan terhadap korban pada saat korban sedang berdoa. Ini yang kita dapatkan informasi awal. Kami sedang melakukan pemeriksaan terkait berapa lama korban berperilaku aneh. Terkait surat terror itu tidak ada,” tutupnya.nNur Komalasari