



Sukmajaya | jurnaldepok.id
Adanya dugaan diskriminasi di SMAN 2 Depok yang beredar di media sosial diungkap tidak benar. Pembina Rohani Kristen (Rohkris) SMAN 2 Depok, Mayesti Sitorus bahkan telah menulis surat pernyataan terkait foto siswa yang viral dinarasikan tak diberi ruangan untuk kegiatan.
Dalam pernyataan tertulis itu, Mayesti membantah isu diskriminasi di SMAN 2 Depok. Berdasarkan surat keterangan yang didapat oleh kalangan media dari pihak sekolah, tertulis kalau kabar adanya diskriminasi terhadap siswa Rokhris SMAN 2 Depok tidak benar. Surat tersebut ditandatangani langsung oleh Mayesti di atas kertas bermeterai Rp 10 ribu.
“Dengan ini menyatakan bahwa seluruh pemberitaan dan informasi yang beredar pada saat ini yang berkaitan dengan adanya diskriminasi siswa Rohkris SMAN 2 Depok tidak benar adanya,” tulis isi surat pernyataan itu.


Mayesti mengatakan, bahwa foto-foto yang tersebar dengan narasi tak diberi ruangan untuk doa pagi tak benar dan ditulis tanpa paksaan dari pihak manapun. Dia menambahkan, foto-foto yang tersebar adalah menunjukkan para siswa sedang menunggu ruangan tersebut dibuka oleh petugas sekolah.
“Dengan demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa tekanan dari pihak siapapun,” paparnya.
Sementara itu Kepala SMAN 2 Depok, Wawan Ridwan, membantah mendiskriminasi siswa salah satu agama di sekolahnya. Wawan menegaskan, tidak ada praktik diskriminasi terhadap kelompok agama tertentu di SMAN 2 Depok.
“Tidak ada praktik diskriminasi terhadap kelompok agama tertentu di SMAN 2 Depok,” tandasnya.
Wawan mengatakan, seluruh aktivitas keagamaan di SMAN 2 Depok sudah terfasilitasi dengan baik. Menurutnya, tidak ada larangan apa pun untuk mengadakan kegiatan agama di SMAN 2 Depok.
Wawan juga menepis isu pembubaran ekstrakurikuler, khususnya rohani salah satu agama. Dia menjelaskan, saat itu semua ekstrakurikuler di SMAN 2 Depok memang dihentikan sementara lantaran ada kegiatan Penilaian Tengah Semester (PTS).
Kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud ditujukan kepada seluruh ekstrakurikuler tanpa terkecuali selama kegiatan PTS berlangsung. Hal ini dilakukan agar seluruh siswa-siswi fokus pada kegiatan PTS.
“Jadi tidak pernah ada pernyataan dari staf kesiswaan seperti yang tertulis bahwa akan membubarkan ekstrakurikuler, terlebih secara spesifik kepada Rohkris,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, viral unggahan di media sosial yang menarasikan bahwa siswa SMAN 2 Depok, dilarang memakai ruang kelas untuk kegiatan Rohani salah satu agama. Para siswa disebut mengalami diskriminasi dan harus memakai tangga atau lorong sekolah untuk kegiatan Rohani Kristen.
Unggahan itu juga disertai foto yang memperlihatkan sejumlah siswa tengah duduk dan berdiri di tangga dan lorong sekolah. Ada yang mengenakan baju olahraga, ada juga siswa yang mengenakan seragam putih abu-abu. n Aji Hendro

