Kasus kekerasan di STIP bukan pertama kali terjadi dan berulang terus. Tampaknya kekerasan ini sudah menjadi ‘kurikulum’ tidak tertulis di sana dengan tujuan membuat junior menjadi lebih kuat.
“Secara aturan tentu tidak boleh kan dilakukan. Faktanya kerap terjadi,” kata Psikolog Universitas Pancasila (UP) Aully Grashinta.
Kasus bulliying terus terjadi karena rantainya tidak pernah diputus. Bahkan tidak benar benar putus sehingga masa ke masa selalu ada kasus ini. Apa yang dilakukan oleh senior akan dilakukan lagi junior saat mereka naik tingkat jadi senior. Bahkan semua beranggapan kekerasan merupakan cara yang ‘biasa’ untuk mendidik junior. Tak jarang siswa senior merasa ‘bangga’ pernah mengalami bullying saat jadi junior dan sekarang mereka ‘survive’ sehingga selayaknya junior merasakan hal yang sama bahkan meningkatkan standar kekerasan tersebut. “Ini menjadi turun menurun atau dapat disebut budaya,” ujarnya.
Untuk menghentikannya diperlukan tiga cara pemutusan rantai misalnya dengan moratorium tiga tahun sehingga mulai lagi dari angkatan pertama tanpa senior. Merubah pola pembinaan siswa baru dari nol. Merubah paradigma pendidikan tanpa kekerasan juga harus dilakukan baik dari pimpinan sekolah, guru, manajemen sekolah, sampai ke warga sekolah secara keseluruhan.
“Tanpa adanya moratorium tersebut budaya ini akan terus menerus berlanjut,” ucapnya.
Pemahaman akan budaya kekerasan sebagai suatu kesalahan ini perlu ditekankan. Tidak menutup mata bahwa para pemimpin sekolah, guru maupun petugas yg ada di sekolah juga mungkin alumni yang juga pernah mengalami hal seperti itu sehingga menganggap budaya ini biasa. Kalau sampai meninggal bahkan dianggap ‘kecelakaan’ semata, atau bahkan si korban dianggap ‘lemah’
padahal masuk STIP bukan hal yang mudah.
“Hilanglah masa depan korban, pelaku juga orang tua mereka,” katanya.
Selama sekolah tidak mengganggap hal ini sebagai sesuatu yang luar biasa, maka tidak akan ada juga tindakan luar biasa yang dilakukan untuk merubah budaya ini. Dampaknya, kasus seperti ini terus terjadi tahun ke tahun.
“Jadi jangan kaget kalau tahun tahun ke depan berita ini akan muncul lagi.