Pernah Harumkan Nama Depok di Jawa Barat, Siswa Berprestasi Ditolak Masuk SMP Negeri

16
Inilah berbagai macam medali yang diraih seorang siswa diberbagai event namun tidak diterima di SMP Negeri.

Sukmajaya | jurnaldepok.id
Seorang siswa yang meraih segudang prestasi gagal masuk SMP Negeri di kawasan Sukmajaya, Kota Depok.

Kartika, orang tua siswa kepada wartawan mengatakan, anaknya tidak lolos masuk SMPN Negeri melalui jalur prestasi dalam PPDB jenjang SMP. Dia menambahkan, anaknya memiliki segudang prestasi di olahraga senam artistik.

“Sudah sekitar tahun kedelapan anak saya ikutin kegiatan senam artistik. Memang dari awal tujuannya buat ke prestasi, bukan ke kreasi. Punya bakat di sini kenapa enggak kita dukung, memang bener saja dan Alhamdulillah juara-juara terus,” katanya.

Dia mengatakan, anaknya juga menang dalam kejuaraan O2SN mewakili sekolahnya dan menang peringkat I tingkat provinsi. Berkat hal itu, anaknya disarankan sekolah untuk mencoba jalur non-akademik atau jalur prestasi akademik.

Dia menambahkan, sebagai orang tua siswa awalnya mencoba menggunakan jalur zonasi, tapi tidak lolos karena jarak rumah yang jauh. Saat dicoba jalur prestasi non-akademik, nama anaknya masih ada di peringkat meskipun berubah-ubah. Singkatnya, ia melihat skor anak lainnya tak sebanyak sertifikat milik anaknya.

“Kalau anak saya tuh 21, ada yang ini, yakinlah di situ Insya Allah masuk. Uji kompetensinya tertutup waktu itu, jadi ortu disuruh keluar, anak di dalam, tertutup. Selesai suruh pulang, nanti sore ya biasanya atau besok pagi pengumumannya keluar. Itu masih ada di 11 besar, kan 11 yang diterima, jatah kuotanya 11 orang,” paparnya.

Dia menambahkan, saat final anak menduduki peringkat 12 dan tak lolos jalur tersebut. Namun ia menyebut sertifikat anak yang lolos tak sebanyak yang dimiliki anaknya.

“Begitu sampai, sudah malam, sudah final tuh, dia di urutan ke 12. Merah tuh enggak diterima, yang diterima 11. Saat saya lihat sampai screenshot, kok sertifikatnya enggak ada yang setinggi dia, paling tinggi tuh 16, sedangkan dia tuh di 21. Ada juga yang diterima tuh skor sertifikatnya 2,” tuturnya.

Kartika pun mendatangi sekolah tersebut untuk menanyakan apakah ada tes lebih lanjut atau seperti apa penilaian dari pihak sekolah dalam menerima dan menolak siswa.

“Dari situ saya dikasih tahu kalau intinya adalah cabor anak saya bukan olahraga yang diprioritaskan dan tidak berjenjang katanya di sana, jadi mereka terimanya yang berjenjang aja di Kota Depok. Lalu saya bilang kemarin bawa nama Kota Depok ke Kejurda dan tahun depan mau ikut babak kualifikasi Pekan Olahraga Provinsi . Saya bilang gitu, apakah tidak bisa dipertimbangkan. Dia bilang ‘Nggak bisa, Bu’. Karena dia bilang sudah final ini,” tambahnya.

Atas kejadian itu, Kartika pun mengaku kecewa dengan alasan sekolah.

“Kok bisa ada satu cabang olahraga yang diprioritaskan, ada yang enggak, gitu sih kecewanya di situ. Kita sudah membawa nama daerah, kita tinggal di sini sudah lama, dari kecil di sini, terus namanya kita bawa ke mana-mana. Tapi ternyata ya di pendidikan ditolak mentah-mentah aja gitu prestasinya,” ungkapnya.

Dia menilai sekolah tidak transparan dan tidak menjelaskan apa kesalahan anaknya sehingga ditolak sekolah tersebut. n Aji Hendro

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here