Oleh: KH Syamsul Yakin
Pengasuh Ponpes
Darul Akhyar Depok
Dalam al-Mawaidz al-Ushfuriyah, Syaikh Muhammad bin Abu Bakar menuliskan hadits Nabi yang bersumber dari Ibnu Abbas, “Akan muncul kelak pada akhir zaman beberapa kaum. Mereka berwajah manusia tapi berhati seperti setan”. Ini adalah hadits terakhir yang ditulis pengarang dari empat puluh hadits yang dihimpun.
Selanjutnya, dalam hadits tersebut Nabi merinci mengenai tabiat dan perbuatan mereka. Pertama, mereka seperti serigala ganas yang tidak memiliki belas kasih sama sekali. Tentang serigala, ada pepatah yang terkenal di kalangan orang Prancis, “Sebuah kebodohan bagi domba untuk berbicara tentang perdamaian dengan serigala”.
Kedua, mereka gemar menumpahkan darah. Dalam al-Baqarah/2 ayat 30 terdapar frasa “menumpahkan darah” yang dimaknai oleh pengarang Tafsir Jalalain sebagai mengalirkan darah dengan jalan pembunuhan sebagaimana dilakukan oleh bangsa jin.
Ketiga, mereka tidak membenci keburukan. Artinya, mereka suka mengadakan permusuhan, memfasilitasi perjudian, perzinahan, dan tipu daya. Keempat, apabila kamu mengikuti mereka, lanjut Nabi, mereka akan merangkulmu. Tapi apabila kamu menjauhi mereka, mereka akan menggunjingmu, membuat provokasi dan agitasi.
Kelima, apabila mereka kamu percaya, dipastikan mereka akan berkhianat. Dalam hadits Nabi yang lain diungkap karakter seperti ini adalah kaum hipokrit, yakni orang munafik yang bermental kerdil.
Keenam, anak-anak mereka dililit utang, sementara para pemuda yang ada berlaku licik. Para orangtua mereka sendiri berbuat jahat. Inilah kerusakan terstruktur yang dilegalkan yang dilakukan semua umur.
Ketujuh, mereka tidak menyeru kepada yang makruf dan tidak menghalau kemunkaran. Padahal Allah mewanti-wanti, “Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran/3: 104).
Kedelapan, kemuliaan bagi mereka adalah kehinaan. Kesembilan, meminta apa yang mereka miliki tidak akan diberikan. Artinya mereka sangat pelit.
Kesepuluh, hukum yang berlaku di tengah-tengah mereka adalah bid’ah alias inovasi mereka sendiri. Namun bid’ah mereka anggap sebagai sunah. Inilah kaum yang menelikung hukum untuk kepentingan dunia.
Setelah menjelaskan tabiat dan perbuatan mereka, Nabi menutup sabda beliau dengan menegaskan, “Pada saat semua itu terjadi, Allah akan memberi kekuasaan kepada para penjahat di antara mereka. Sementara, saat itu doa orang-orang baik tidak Allah kabulkan”.*