Oleh: Oleh: Dr. Endang Ahmad Yani, S.E., M.M
Ketua Baznas Kota Depok
Kesehatan adalah suatu keseimbangan aspek kebutuhan manusia dalam semua dimensinya: fisik, intelektual, sosial, emosional, lingkungan, dan spiritual. Kesehatan yang optimal akan dapat dicapai jika semua dimensi-dimensi tersebut berjalan seimbang.
Dimensi-dimensi tersebut adalah; 1) Sehat fisik; ukuran tubuh, ketajaman sensorik, kerentanan terhadap penyakit, fungsi tubuh, kebugaran fisik, dan kemampuan sembuh; 2) Sehat intelektual; kemampuan untuk berfikir dengan jernih dan menganalisis secara kritis untuk memenuhi tantangan hidup; 3) Sehat sosial; kemampuan untuk memiliki hubungan interpersonal dan interaksi dengan orang lain yang memuaskan; 4) Sehat emosional; ekspresi yang sesuai dan kontrol emosi; harga diri, rasa percaya dan cinta; 5) Sehat lingkungan; penghargaan terhadap lingkungan eksternal dan peran yang dimainkan seseorang dalam mempertahankan, melindungi, dan memperbaiki kondisi lingkungan; 6) Sehat spiritual; keyakinan terhadap Tuhan atau cara hidup yang ditentukan oleh agama; rasa terbimbing akan makna atau nilai kehidupan.
Korelasi menunaikan zakat sebagai media sehat fisik dan jiwa terdapat pada diri seorang muslim yang membayar zakat secara berkala yang terdapat pada Quran surat Attaubah ayat 103: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Ibnu Taymiyyah mengungkapkan bahwa thaharah dan tazkiyah pada ayat tersebut diatas merupakan syarat dari kebahagian batin terhimpun dalam zakat. Menurutnya, “Hakikat zakat sebenarnya untuk membersihkan dan menyucikan, apa yang dibersihkan dan disucikan disini? Sebagaimana tubuh, hati perlu dibersihkan dan disucikan. Sebagaimana tubuh yang bersih dan suci dari penyakit sehingga bisa berkembang dan sempurna begitu juga hati harus dibersihkan dan disucikan agar bisa tumbuh berkembang ketitik sempurna.
Karena hakekatnya zakat menyucikan hati dari sifat tercela semisal bakhil, kikir, dengki, rakus harta, keras hati pada orang miskin dan cinta berlebihan pada harta yang dimiliki. Allah SWT hendak menumbuhkan sifat-sifat mulia dari orang yang membayar zakat yaitu empati, simpati, dermawan dan peduli dengan kesusahan orang miskin.
Berikutnya, muzakki yang menunaikan zakat akan memiliki keseimbangan hidup terutama pada aspek ibadah (‘ubudiyah) dan dan aspek relationship dengan sesama manusia. Adanya keseimbangan hidup ini sangat penting bagi kehidupan individu. Perwujudan keseimbangan hidup dalam diri individu tercermin pada ketaatan dan kepatuhannya terhadap perintah Allah Swt dan juga pada perwujudan nilai-nilai mulia yang dikerjakannya dalam kehidupan sosial.
Maka, perpaduan antara kedua keseimbangan hidup ini akan menghasilkan pribadi muslim yang saleh secara ritual dan saleh secara sosial. Ia akan berada dalam sistem kehidupan yang akan berjalan secara rukun, harmoni, serasi, dan damai. Semua suasana ini akan menjadikan dirinya memiliki rasa tentram dan damai dalam jiwa.
Dalam kaitannya dengan kesehatan fisik, memberikan sedekah atau zakat memiliki kontribusi dalam menyembuhkan penyakit yang diderita seseorang. Mengenai hal ini Rasulullah Saw bersabda: Dari Abi Umamah ra bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: Obatilah orang yang sakit diantara kalian dengan sedekah. (HR. Abu Dawud, ath-Thabarani dan al-Baihaqi).
Sedekah merupakan salah satu amalan jariyah yang dianjurkan. Selain mendapatkan pahala, sedekah juga akan membuat harta kita lebih berkah dan bermanfaat sehingga bisa mendatangkan kesembuhan dari Allah SWT atas penyakit yang diderita. Syaikh Sulaiman Bin Abdul Karim Al-Mufarrij sebagaimana dikutip Al-Sofwah berkata: “Wahai saudaraku yang sedang sakit, sedekah yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah sedekah yang diniatkan untuk memperoleh kesembuhan. Boleh jadi, Anda telah banyak melakukan sedekah, tetapi hal itu tidak Anda lakukan dengan niat untuk mendapatkan kesembuhan dari Allah SWT.”
Maka dari itu, bagi Anda yang saat ini tengah berjuang untuk mendapatkan kesembuhan, tumbuhkanlah kepercayaan dan keyakinan bahwa Allah SWT bisa menyembuhkan Anda dari penyakit tersebut. Misalnya dengan menyantuni anak yatim, mengisi perut para fakir miskin atau mewakafkan harta yang diniatkan agar penyakit yang diderita segera diangkat serta dijauhkan dari berbagai macam musibah dan cobaan. Itulah yang menjadi salah satu hikmah amalan sedekah yang bisa kita dapatkan sebagai umat manusia yang taat. Penyakit bukan bencana atau keburukan, melainkan cobaan yang cara penyembuhannya bisa dengan bersedekah.
Penutup
Semakin sering zakat ditunaikan, maka semakin besar pula energi emosi positif yang dirasakan. Semakin besar energi emosi positif maka semakin meningkat pula sistem kekebalan tubuh. Dari penjelasan inilah kemudian dapat dipahami mengapa Allah Swt menganjurkan petugas zakat (amil) maupun penerima zakat (mustahik) untuk mendoakan para pembayar zakat (muzakki), yaitu agar hati mereka senang, tenteram dan memperoleh kebahagiaan. Dan dengan itu, para muzaki akan mendapatkan kesehatan psikis dan jasmani.
Berzakat yang memberi dampak kesehatan fisik dan jiwa adalah apabila dilakukan dengan didasari rasa ikhlas, tulus dan dibayarkan dengan jumlah yang benar. Penggambaran keikhlasan dan ketulusan dalam beramal secara tegas dinyatakan oleh ayat-ayat al-Qur’an, diantaranya sebagai berikut: Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (Al-Baqarah: 262).
Mari kita hitung seluruh pendapatan kita dengan seksama, apabila pendapatan kita sudah mencapai nishab (setara dengan Rp. 6.8 jt / bulan) maka tunaikan 2.5% nya sebesar Rp.170 ribu. Tunaikan dilembaga yang jelas (contoh Baznas Kota Depok) niscaya fisik dan jiwa kita akan sehat wal’afiat, wallahu’alam bishawab.|*