HeadlinePolemik

Pertemuan Warga Perigi Dengan ‘Imam Mahdi’ Ditolak

Sawangan | jurnaldepok.id
Warga Kampung Perigi, Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, kembali diresahkan oleh Winardi, pria yang sempat mengaku sebagai Imam Mahdi pada tahun 2019 lalu. Warga menolak pertemuan pengikut Winardi yang digelar pada Jumat-Sabtu (9-10/) di kediamannya.

Berdasarkan informasi di lapangan menyebutkan, dimana Winardi kembali mengumpulkan para pengikutnya untuk sebuah kegiatan tertentu. Untuk mencegah terjadinya kegiatan tersebut, sejumlah tokoh ulama, pemuka agama dan warga setempat pun langsung menggelar pertemuan, dan memanggil Winardi ke Kantor Kelurahan Bedahan.

Kapolsek Sawangan, AKP Rio Mikael Tobing, saat dikonfirmasi wartawan mengatakan, untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan Lurah Bedahan melarang tentang pertemuan yang dilakukan Winardi untuk menjaga hal yang tidak diinginkan

Dikhawatirkan, Winardi mengumpulkan kembali pengikutnya untuk menyebarkan kembali aliran yang dianggap sesat seperti sebelumnya. Namun demikian, hasil dari pertemuan, Winardi bersedia membatalkan kegiatan tersebut dan membantah tuduhan aliran sesat yang disematkan padanya.

“Jadi sebenarnya dia mau bikin pertemuan untuk membahas hasil koperasi. Jadi mereka buat koperasi, nah mereka mau membahas hasil koperasi itu. Tapi warga khawatirnya Winardi kembali mengulang perbuatannya,” ujar Rio, kemarin.

Rio mengimbau agar warga tak perlu resah dan khawatir serta memberikan informasi pada pihaknya bilamana ada kegiatan serupa.

“Kami mengimbau masyarakat jangan gusar dan resah. Tetap bisa mengendalikan situasi yang aman kondusif. Apabila ada perkembangan dan situasi menonjol bisa dilaporkan supaya ditindaklanjuti,” tuturnya.

Sebelumnya diberitakan Winardi memiliki puluhan pengikut di padepokannya, usai mengaku sebagai Imam Mahdi. Usai menyampaikan permohonan maafnya, Winardi memberikan keterangan awal mula kenapa dirinya sampai mengaku sebagai Imam Mahdi.

Winardi menuturkan, pada suatu malam dirinya seperti melakukan perjalanan ritual ketika tertidur.

“Jadi waktu itu saya menempuh perjalanan tapi badan saya di rumah pidi, sementara yang perjalanan ritual itu itu ruh saya. Posisi ruh spiritualnya itu pulang ke kampung,” pungkasnya. n Aji Hendro

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button