Margonda | jurnaldepok.id
Psikolog Universitas Pancasila (UP), Maharani Ardi Putri menilai, banyak stigma negatif yang diberikan pada anak berkebutuhan khusus(ABK) sehingga mereka kerap diperlakukan semena-mena. Padahal seharusnya ABK mendapatkan perlakuan khusus dari lingkungan sosial tempatnya berinteraksi.
“Mereka sering dianggap sebagai beban, anak bodoh, pemalas dan nakal. Ini karena pengetahuan yang sangat kurang dari masyarakat soal ABK,” kata Putri.
Ia menambahkan di sisi lain masih juga banyak keluarga yang menyembunyikan ABK dari lingkungan sosial. Padahal seharusnya mereka tidak diperlakukan demikian. Dengan menyembunyikan ABK dari lingkungan sosial kata dia justru merugikan bagi anak. “Karena dia menjadi tidak terbiasa bersosialisasi,” tambahnya.
Dia melihat lebih jauh, jika ditelisik dari tayangan vidio tersebut banyak juga terjadi di tempat lain. Pelaku bullying ini juga tidak hanya teman, bahkan kadang pendidik pun karena ketidaktahuannya juga melakukan bullying. Misalnya secara verbal dengan mengatakan anak bodoh.
Di sisi lain, aturan pemerintah yang menghimbau sekolah-sekolah untuk menerima anak kebutuhan khusus pun seringsekali menjadi beban. “Karena tidak diimbangi dengan fasilitas yang diperlukan dan keterampilan para guru untuk menangani anak-anak ini,” paparnya.
Dirinya memaparkan dibutuhkan strategi yang lebih komprehensif agar aturan ini dapat terlaksana dengan baik. Akan sangat baik apabila kedepannya dibangun kesadaran, pembelajaran kepada masyarakat luas mengenai kebutuhan khusus dan hal-hal yang diperlukan untuk menangani hal tersebut.
“Begitu pula dengan teman-teman dari anak berkebutuhan khusus itu perlu dibangun rasa kepedulian sosial dan melibatkan mereka untuk membantu ABK menyesuaikan diri dengan lingkungannya,” pungkasnya.nNur Komalasari