Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Depok tak henti-hentinya mengajak masyarakat untuk peduli dan peka terhadap lingkungan.
Sebab didalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsure lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.
“Kami ingin membangun peran masyarakat, karena di Depok banyak orang pintar. Tapi, sepertinya mereka sejauh ini tidak dilibatkan secara langsung. Lewat diskusi ini kami mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam menghijauhkan lingkungan,” ujarnya, Minggu (29/1).
Pernyataan tersebut dikatakannya saat menggelar diskusi bertema “Peran Masyarakat Dalam Mewujudkan Depok Kota Hijau Yang Asri” di Joglo Nusantara, Situ Pengasinan, Kecamatan Sawangan.
Dia menjelaskan, seharusnya ketika pemerintah memiliki program besar, masyarakat ikut diajak urung rembuk dan ikut terlibat, menanggapi dan mendukung.
“Artinya, mendengar masukan dari mereka yang mempunyai ide atau gagasan untuk Kota Depok ini. Jangan sampai ujuk-ujuk program dijalankan tapi tak ada sosialisasikan,”jelas Heri.
Lebih lanjut ia mengingatkan, bahwa rencana pembangunan alun-alun di pusat Kota Depok yang menelan biaya tidak sedikit, sekitar Rp 165 milair dapat dilaksanakan dengan baik. Namun begitu, kata dia, sebenarnya lebih strategis jika alun-alun itu tidak dipusatkan pada satu titik akan tetapi disebar beberapa titik.
“Jadi ada banyak ruang terbuka hijau di Kota Depok. Secara kuantitas ruang, volmue bisa lebih banyak dan eksebilitasnya lebih masuk akal. Misalnya masyarakat butuh tempat bermain, butuh kenyamanan dan lain-lain. Tentu ini akan memberikan ruang tumbuh ideal bagi generasinya,” imbuhnya.
Walikota Depok, Mohammad Idris membenarkan persoalan-persoalan kota seperti Kota Depok dapat dilakukan dengan pendekatan berbagi peran dan berkolaborasi. Bukan hanya diserahkan kepada pemerintah, tapi juga menjadi tanggungjawab bersama.
Seprti penanganan sampah, Pemkot Depok, kata dia, telah menyediakan fasilitas tempat pembuangan sampah di Cipayung. Sejauh ini menurutnya sudah ada 32 UPS. Sebanyak 31 UPS di antaranya untuk sampah organik dan satu UPS campur. Hingga kini sampah di Depok mencampat 1.250 ton/hari. Sampah yang dibuang ke TPA tanpa dipilah sebanyak 670 ton/hari. Sisanya diproses 130 ton di 32 UPS dibantu oleh komunitas bank sampah sebanyak 432.
“Jadi pihak pemkot juga akan membuat kios untuk penjajakan kreativitas anak muda. Tahun ini 200 kios UMKM di Pasar Musi. Jadi ini sudah program kami. Kami ingin Kota Depok yang bersih, aman, dan nyaman bagi warganya,” ungkapnya.
Idris menambahkan, kekuatannya terletak pada Sumber Daya Manusia (SDM). Situ pengasinan misalnya kalau tak ada aktivis lingkungan hidup seperti FKH, tidak akan jalan. Untuk ruang kota hijau di Depok menurutnya masih didominasi kepemilikan pribadi. Depok sendiri memiliki warisan aset-aset berharga dalam 18 tahun terakhir. Hanya saja sebanyak 500 aset yang diserahkan ke Kota Depok semuanya belum bersertifikat.
“Pemkot tahun ini bekerjasama dengan BPN. Alhamdulillah sudah 90 asset yang berhasil disertifikatkan. Ini menjadi pekerjaan rumah kami untuk mensertifikatkan aset-aset lainnya,” pungkasnya.