Bandung | Jurnal Bogor
Kontingen Jawa Barat meraih sukses dalam peyelenggaraan Pekan Olah Raga Nasional (PON) XIX 2016. Selain mampu mewujudkan target “Jabar Kahiji” dengan memperoleh raihan medali terbanyak, secara umum penyelenggaran PON XIX relatif lancar. Di balik gempita kemeriahan penyelenggaran PON XIX, tercatat ada beberapa cerita menarik. Seperti aktivitas yang dilakukan relawan (volunteer) independen. Relawan indpenden tersebut tidak masuk dalam struktur kepanitiaan PB PON, namun tetap melakukan koordinasi. Tekad mereka cuma, ingin melancarkan semua yang terkait dengan PON XIX.
Relawan independen itu dikoordinir oleh Gravcomm. Semula yang mendaftarkan diri untuk menjadi relawan ada 700 orang. Setelah seleksi administratif, ada 200 orang yang dinyatakan gugur, sedangkan 500 orang mengikuti tahap wawancara. Akhirnya hanya 300 orang saja yang dianggap layak untuk menjadi relawan di ajang PON XIX.
Direktur Utama Gravcomm Indonesia, Yugian Leonardy didampingi Koordinator volunterr, Uceu Maulana mengatakan, mereka yang mendaftar menjadi relawan independen jumlahnye cukup membeludak dan berasal dari berbagai kalangan. Tidak seperti biasanya dalam rekrutmen relawan yang didominasi oleh mahasiswa, kali ini pendaftar ada yang berstatus ibu rumah tangga, buruh pabrik, siswa SMA, bahkan mahasiswa S2 pun ada.
“Memang untuk relawan independen itu ada insentifnya. Tapi maaf kalau orientasi mereka cuma ingin memperoleh insentif, langsung kami coret. Syarat mereka untuk menjadi relawan di PON XIX, pertama harus memiliki pengetahuan seputar olah raga. Berikutnya harus memahami budaya/kearifan lokal Jawa Barat. Dan tak kalah penting mereka harus memiliki semangat melayani, mulai dari atlet, pendukung atlet sampai masyarakat yang ingin tahu soal PON XIX,” ujar Yugian di Trans Studio Mall (TSM), Rabu 28 Septemper 2016.
Yugian menambahkan, para relawan independen yang telah diberi pelatihan singkat, dibagi dalam beberapa divisi. Seperti divisi traffic, divisi citizen journalist, liaison officer (LO), crew event (CE), tour leader (TL), shelter crew dan divisi umum. Para relawan tersebut mendapat dukungan juga dari sejumlah pihak, di antranya Dinas Perhubungan Jawa Barat, Ditlantas Polda Jabar, Pemprov Jabar dan PT Damri. Semua aktivitas relawan tersebut dilandasi semangat “Jabar Etalage 2016”. Artinya, semua yang ditampilkan merupakan wujud budaya Jabar, yang ramah dan melayani tanpa pamrih.
“Relawan independen tidak melayani atlet dan ofisial yang terlibat di PON XIX. Tapi mereka juga melayani masyarakat yang ingin menonton sejumlah pertandingan. Mereka memfasilitasi masyarakat berkunjung ke sejumlah venue dengan menyediakan bus gratis. Ada beberapa bus yang mengangkut masyarakat dari TSM ke sejumlah venue. Rutenya dibagi dua, yakni Bus Lala dan Bus Lili. Bus Lala melayani masyarakat yang akan berkunjung ke cabang bridge, sepatu roda, judo, gulat, biliar, squash, boling, kriket, tenis, dan basket. Sedangkan Bus Lili mengantar masyarakat yang akan menonton cabang dansa, anggar, tarung derajat, wush, taekwondo, hoki indor, sofbol, sepak takraw, renang, loncat indah, karate, dan