Margonda | Jurnal Depok
Seorang mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Fevi Silvia menghembuskan nafas pada Minggu (21/8). Almarhumah sempat koma setelah mengalami kecelakaan karena tewas tertabrak sepeda motor di Jalan Margonda.
Tidak lama kabar Fevi meninggal muncul reaksi dari para netizen di dunia maya. Antara lain petisi berisi tuntutan untuk Wali Kota Depok Mohammad Idris yang tertuang di laman charge.org. Bahkan target 5000 yang tandatangan petisi hampir mendekati. Petisi tersebut berjudul Walikota Depok, #SavePejalanKaki di Jalan #Margonda Raya!. Petisi itu ditulis oleh Syahrul Ardiansyah.
Duka mendalam juga diungkapkan netizen yang ramai-ramai membuat hastag #savepejalankaki melalui sosial media instagram. Salah satu yang menulis hastag ialah akun @zaenalmtqn. Zaenal Mutaqin sendiri adalah mahasiswa FMIPA UI Geografi angkatan 2012.
“Sebenarnya banyak muncul hastag dengan tampilan yang berbeda-beda. Hastag itu berawal dari profpict yang diinisiasi sama BEM UI. Latar belakangnya dari banyaknya kejadian kecelakaan di Margonda. Salah satu yang menjadi korban mahasiswi UI Fevi yang pada hari Minggu kemarin meninggal dunia. Saya berharap dengan ramainya muncul hastag ini, Pemkot Depok segera memperbaiki infrastruktur di sepanjang Margonda agar aman dan nyaman bagi pengguna jalan terutama yang jalan kaki dan penyebrang, sehingga kasus yang dialami Fevi tidak dialami warga lain,” ujarnya kepada Jurnal Depok, kemarin.
Pejalan kaki lain yang menyayangkan keadaaan Jalan Raya Margonda yang minim Jembatan Penyebrangan Orang (JPO), trotoar serta zebra cross adalah Karla Carolina. Selama kuliah, mahasiswi Fakultas Farmasi angkatan 2013 itu tinggal di sebuah kost yang berada di sebrang jalan Margonda.
“Pribadi aku semenjak gorong-gorong diperbaiki itu sudah bagus. Bisa dilihat sudah ada trotoar yang tidak dipakai bahu jalan ataupun parkiran. Namun kalau bicara tentang JPO ya sangat minim sekali,” tuturnya.
Sepertu diketahui jembatan penyebrangan di sekitar Margonda Raya hanya ada beberapa titik. “JPO ada di antara Detos dan Margo City. Selain itu ada JPO di depan apartemen Margonda Residence. Sepanjang jalan itu kan nggak ada, apalagi di dekat SD Pondok Cina yang dekat Gramedia juga nggak ada banyak yang nyebrang. Memang ada zebra cross tapi tetap bahaya juga,” papar Karla.
Di sekitar Margonda Raya, menurutnya hanya ada dua JPO sementara banyak pengguna jalan seperti mahasiswa atau warga yang kerap berjalan disekitar jalan itu. “Sekarang kalau bahas di depan kampus Gunadarma, itu bisa dilihat misal jarak ke jembatan Margonda Residence jauh, penyebrangan depan SD Pocin nggak ada JPO nya, penyebarangan Detos juga cukup jauh. Di situ kan banyak pelajar, pekerja, yang sering mondar mandir disitu,” ucapnya.
Hal lain yang disesalinya adalah angkot yang kerap ngetem di bahu jalan. “Disitu saya rasain banget, sehati-hatinya kita itu pasti diuji sama yang namanya angkot. Misal arah dari Kapuk ke Gundar, bayangin sedang siap-siap untuk nyebrang tapi angkot tiba-tiba ngerem depan muka, itu bisa karena nurunin penumpang maupun cari penumpang. Umumnya angkot itu ngerem di tengah-tengah jalan. Itu kan bahaya banget, nggak nyaman bagi penyebrang,” keluhnya.
Menurutnya dengan adanya JPO yang ditambah hal itu bisa menjadi solusi. “Jika ada jembatan kan enak, mau angkot sebandel apapun kita pejalan maupun pengendara nggak terganggu. Kalau trotoar contohnya yang ada di sisi jalan kapuk hingga Bunda Margonda itu sudah baik dan digunakan baik. Tinggal pejalannya saja nurut jalan di tempat yang disediakan,” jelas Karla.
Dirinya berharap agar Penkot Depok
segera perbaiki infrastruktur di sepanjang jalan Margonda yang nyaman dan aman bagi pengguna jalan, jangan menunggu sampai ada korban kecelakaan lainnya. “Kecelakaan dapat dicegah. Jadikan kasus ini sebagai pelajaran untuk kedepannya supaya tidak ada lagi kejadian serupa,” tandasnya.